Senin, 18 Desember 2017

Ica Delima?

ME 🌻

Hallo, Assalamualaikum!

Rasanya agak aneh buat nulis blog. Dua jari jempol masih lama diem buat nunggu komando kata apa yang mau di ketik. Pada dasarnya aku suka nulis, tapi banyak malesnya. Udah beberapa kali bikin blog sebelum ini, berawal dari tugas pelajaran TIK waktu kelas 3 SMP, tapi dari semua blog itu berakhir dengan kuhapus atau tinggalin gitu aja, sampai-sampai aku lupa pake email yang mana dan sandi apa.

Jadi, setelah sekian lama mengumpulkan niat, Insyaallah blog ini bakal keurus. Aku mau belajar untuk konsisten nulis dan update seminggu sekali (semoga). Mari ucapkan aamiin bersama-sama.

Untuk post yang pertama ini aku mau kenalin diri aku dulu. Iya, namaku Ica Delima. Kebanyakan orang manggil aku Ica, nama yang setelah aku SMP barulah tahu termasuk pasaran. Banyak yang punya. Sampai ada yang bilang, 'Kamu pasti punya temen yang namanya Ica, kan?'. Seketika aku mikir, iya juga ya. Dulu aku punya tetangga anak kecil namanya Ica, waktu SMP juga ada temen yang beda kelas sih, dia 7 A mungkin atau C atau D ya? Yang jelas gak sekelas sama aku, namanya juga Ica. Waktu SMK juga ada temen beda jurusan yang namanya Ica. Eits, Ica yang ini ternyata Ica yang di SMP. Hihi. Dan yang parah adalah, waktu aku udah berada di lingkungan kerja, di kantor ada tiga orang yang namanya ICA termasuk aku. Salah satunya diterima dan masuk kerja bareng. Jadilah saat perkenalan di depan, kami sama-sama menyebutkan nama panggilan ICA. 

Agak nyesek waktu itu, tapi lebih tepatnya 'aneh' sih. Aku suka sama temenku ini, dia baik dan asik, tapi punya nama panggilan yang sama,  ada dibeberapa kondisi nama yang sama itu bikin salah paham. Kayak pas ada yang manggil dia, aku yang noleh atau sebaliknya. Kadang dua-duanya noleh, kalau udah gini nih  kami ketawa gak jelas. Seiring berjalannya waktu, dengan keakraban yang udah mulai tumbuh barulah ada pembeda untuk panggilan masing-masing.

Temenku ini orangnya cantik tapi agak bulet-hihi piss cha, jadi ada penambahan 'Ndut' di belakang ICA. Secara fisik aku kebalikan ICA Ndut, tapi panggilanku bukan ICA Rus, ICA Mini, kalau digabung jadi Rusmini hihi, melainkan ICA Del. Aku jadi inget aa abdel dan mamah Dedeh, eh. Selain Ica Del, biasanya aku di panggil juga ICA Korea Kebumen. Iyap, karena aku suka kpop dan kdrama, dan sering banget ngoceh gk jelas tentang korea di kantor. Suka aja sih dipanggil gitu. Gomawo~ °×° Untuk Kebumen sendiri, adalah tempat aku tumbuh dari umur 2 tahun sampai 12 tahun.

Lain halnya kalau di rumah. Biasanya aku dipanggil Caluk sama semua anggota keluarga. Kata abangku, Caluk itu artinya terasi atau sesuatu yang item gitu. Tapi aku gak item kok, cuman coklat mateng aja malah cenderung  manis gitu, hihi. Ohya, caluk itu berasal dari bahasa Palembang, ortu dulu pernah merantau 10 tahun di sana hingga setelah aku numpang lahir di sana,  keluarga aku pulang ke Kebumen.

 Sampai saat ini gak tahu kenapa di panggil caluk, kalo pada kutanya kenapa, hanya dijawab sekadarnya 'mirip caluk'. Baru beberapa tahun belakangan, aku nebak mungkin karena tahi lalat ekstra gede di samping mata kiri. Ini menurutku aja sih. Anggap aja bener lah ya.

Khusus uma (panggilan ibu di beberapa daerah Kalimantan Tengah) ada panggilan lain, yaitu Lilima yang dipake di beberapa situasi, saat bangunin tidur penuh rasa sayang-hihi, pas lagi manggil aku yang gak datang pas dipanggil/?, intinya waktu kondisi aman tentram sentosa dan bahagia penuh canda tawa. Haha.

Nama panggilan selanjutnya adalah salah satu bagian masa remaja di bangku SMP, ini paling ektrim sih menurutku. Ada salah satu temen yang begitu kreatifnya, setiap pulang sekolah kami sering bercanda di depan sekolah sambil nunggu aku dijemput abang, dia manggil manggil ica~cing ica~cing. Aku dipanggil cacing masa? Iya, hewan yang pada umumnya lebih dikenal manusia hidup di dalam tanah, mereka yang bernafas menggunakan kulitnya. Yang kalau di Upin Ipin, mereka bakal menggeliat keluar ke permukaan jika kita menuangkan air garam ke tempat tanah tinggal mereka/?. Astagfirullah, sabar. 

Dari sisi manapun aku gak mirip hewan ini ya, tidak fisik, jasmani rohani, lahir maupun batin. Aduh kok geli gini ya nulisnya. Lama kelamaan panggilan ini juga dipake sama temen-temen yang lain. Parah. Alhamdulillah-nya, guru pada gak tahu tentang nickname ini, dan yang terpenting gebetan di kelas sebelah juga, waks.
Di masa sekarang, ketika masa SMP itu sudah berlalu sekitar 4 tahun, aku masih dipanggil cacing. Ketika kami lulus dari sekolah yang berbeda (ini aku akan cerita di next post, entah kapan) namun pernah bersama, masing-masing kemudian lanjut ke sekolah menengah atas yang juga berbeda. Mereka yang masih manggil aku 'Cing' membuat aku ngerasa, bahwa mereka lebih kental dalam bagian memoriku saat remaja, terasa lebih dekat, yang saat bertemu secara tak sengaja menyapa dengan keakraban yang sama. Beda sama mereka yang normal manggil aku Ica, kaku dan kikuk. Adanya perasaan ini, aku menganggap cacing adalah panggilan akrab jika tidak bisa dibilang panggilan sayang. 

 

Ica.

Jumlah persis berapa kali aku udah memperkenalkan diri, aku gak bisa ngitung. Di depan kelas, tetangga baru, saudara jauh yang belum pernah ketemu, orang asing diberbagai pertemuan, interview pekerjaan, dan yang kemarin baru aja aku perkenalan di grup Whatsapp satu jurusan kuliah, kuliah abstrak yang lagi aku jalanin/?. Diperkenalan itu aku selalu make nama asli, ya iya lah ya masa nama pena--btw aku belum punya nama pena nih. Salah satu dari penghuni grup yang terdahulu tanya, "Nama aslinya siapa? Risa, Nisa?" 

Wah udah kedua kalinya nih aku dapet respon begini, pertama dari HOA tempat aku kerja waktu interview. Sesuai dugaan, dia exited setelah aku jawab, Ica ya nama asli. 

"Wah, menarik sekali. Semua temenku yang namanya Ica gak ada satupun yang punya nama asli Ica (emot cekikikan)." 

 

Kalau aku terlahir kembali, pasti gak mungkin kan ya, tapi ada kalanya ngayal andai namaku dulu bukan Ica Delima, tapi nama yang Islami atau barangkali ada artinya. Ada doa yang disertakan, yang berarti disetiap nama itu dipanggil, doa itu juga ditujukan kepadanya. Tapi satu hal yang aku tahu, kedua orang tuaku selalu mendoakan yang terbaik sejak aku dilahirkan di dunia. Mungkin karena mereka berada di masa yang sulit ekonomi, dan jauh dari ajaran agama yang taat entah karena lingkungan atau apapun itu, nama tak begitu terpikirkan. Asal anaknya memiliki nama yang setidaknya lebih baik dari nama yang ia miliki.

Para orang tua, yang nama anaknya secara arti bukanlah doa, tapi pastilah pemilik nama itu begitu berarti bagi hidup mereka.

Wassalamu'alaikum, Annyeong~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar