Sabtu, 20 Januari 2018

Aku Senang Bersedih (Bagian 3/End)

Assalamu'alaikum, 하이~

Aku hampir lupa, malam ini waktu untuk update blog. Mungkin karena fokusku telah terbagi, karena bahasan grup WA teman 'abstrak', tentang Olimpiade Nasional FMIPA. Ya, Allah aku jadi ingat masa lalu. Kegagalan yang masih kusesali hingga kini.

'Kesempatan tak datang dua kali!' sebagian orang mengatakan demikian, tapi aku mulai tak mempercayainya ketika kesempatan kedua menampakkan dirinya padaku waktu itu. Kalian, pernahkah merasakannya juga? Kesempatan sama halnya rezeki, Allah yang menentukan. Allah tak akan 'pelit' pada hamba-Nya, terutama yang mencari kesempatan atau mengusahakannya.

Jika kita menganggap hanya satu perihal kesempatan 'itu', barangkali karena kita tak pandai berhitung lantas tentu kita terlupa untuk sekedar mengingat. Aku menyakini, dalam hal ON FMIPA ini, jika Allah pernah memberiku kesempatan kedua, Insyaallah akan kurasakan juga kesempatan untuk ketiga kalinya. Aamiin.

---

"Lili, mamake belum ada uang untuk daftar ulang sekolahmu SMP. Kamu tunda dulu satu tahun, ya?" Tanya mamake pelan-pelan kepadaku. Aku baru lulus SD dan Alhamdulillah nilai Ujian Nasionalku tertinggi di sekolah. Seperti teman-teman lainnya aku pun mendaftar di sekolah yang kami idam-idamkan. Aku tak berani mengatakan tidak mau, itu sama saja menyiksa mamake. Tapi, di sisi lain aku sedih untuk diriku sendiri, dan malu dengan teman sebayaku. Bagaimana aku, jika harus sekelas dengan angkatan dibawahku. Sungguh aku tak pernah membayangkan alur hidupku seperti ini.
Bagian 2
---
"Pakai uang kakak saja, tiga ratus ribu, kan?" tanya kakak keduaku, ia baru lulus SMK tahun ini. Tangannya mengulurkan uang seratus ribu tiga lembar yang ia keluarkan dari dompet merah bertuliskan “Harta Milik Joni” di sebuah kertas salah satu bagian dalam dompetnya.

"Kamu dapat uang dari mana ini, Jon?" tanya ibuku tak percaya. Sekolah saja kami hanya punya uang saku tak lebih dari seribu rupiah perhari. Itupun jika mamake masih ada uang.

"Ini hasil dari jual gambar mekanik di sekolah, mak. Teman-teman banyak yang malas mengerjakan tugas gambar, jadi mereka minta aku yang gambar," kakakku menjelaskan perihal uangnya. Mamake begitu terharu sampai menitikan air matanya.

Di sini banyak bunga mugunghwa yang ditanam berdekatan dengan kursi-kursi taman, selain itu tak ada kendaraan di sini, yang ada adalah berpasang-pasang kaki yang berjalan dan yang lainnya memilih duduk di bangku taman atau menggelar tikar di atas rumput bersama keluarganya.

"Mamake ikhlas tidak mendapat kebahagiaan dari suami, harapan mamake hanya pada kalian anak-anak, jika sudah besar nanti," ucap mamake lirih. Ucapannya begitu dalam tentang hidupnya.

Aku, Ya Allah aku tak bermaksud untuk menjadi anak durhaka yang membenci bapaknya sendiri. Tapi hatiku benar-benar hancur menjadi serpihan debu yang tak dapat lagi di genggam.
 
Aku tahu aku salah. Masa lalu bukanlah segalanya, tapi segalanya di dasari oleh masa lalu. Tidak mudah untuk melupakan. Manusia hanya bisa sebatas memaafkan, dan segores luka tak akan kering jika terlalu dalam, terutama luka hati. Aku memaafkannya, tapi aku sungguh tak bisa hidup dengannya. Bukan tak ingin, tapi tak bisa.

Mugunghwa bersemi di musim gugur. Bunga nasional Korea Selatan, aku membaca artikel ini tadi pagi di internet. Mugung dalam bahasa Korea yang berarti keabadian. Mencerminkan abadinya budaya, tekad serta ketekunan orang-orang Korea. Abadi juga dikaitkan dengan mekarnya mugunghwa selama bulan Agustus hingga Oktober atau terhitung seratus hari, lebih lama dari bunga yang lain.

“Li, kami tahu, mamake senang bersedih. Karena dalam kesedihan, mamake lebih ingat dan dekat sama Gusti Allah, sama nikmat dan rezeki-Nya,” kata mamake sambil menggenggam tanganku. Aku mengangguk, memeluk tubuhnya yang hangat.

Aku merapatkan jaket mamake, saat sehembus angin menyentuh tubuh kami. Garis usia di wajahnya begitu jelas.` Aku sadar sekarang, mamake adalah ibu. Seorang wanita memang lemah, tapi seorang ibu kuat. Demi kami, anak-anaknya. 
---
Bagian 3 ini sangat pendek ya? Sebenarnya ini memang satu cerpen bukan cerbung, tapi kurasa akan terlalu panjang jika dipost satu kali. Ohya, untuk cerpen ini, ini adalah cerpen pertamaku yang menjadi naskah terbaik dan mendapatkan hadiah event, Alhamdulillah. cerpen ini kutulis tahun 2016, untuk buku terbit antologi cerpen ini kuhibahkan ke Perpustakaan Daerah Kotawaringin Barat. Alasannya adalah, agar buku ini semoga memberi manfaat pada orang yang membacanya. Aku belum menyelesaikan satu buku pun, entah novel fiksi maupun non fiksi. Ada target untuk menyelesaikan novel tahun ini, minta doanya ya teman-teman.
 Kudoakan juga, tercapainya target dan impian kalian, jangka panjang maupun pendek. Aamiin.

Aku Senang Bersedih Bagian 1 
Wassalamu'alaikum,  안녕~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar