Anggap saja itu rumput π |
Assalamu'alaikum, μ’
μ μμΉ¨~
Menanam rumput, akhir-akhir ini rumput sedikit menarik
perhatianku hingga muncullah sebuah ide di otak yaitu dua kata pertama kalimat
ini. Yang kutahu, rumput bahkan akan senang hati tumbuh dengan sendirinya tanpa
diminta. Lalu mamake dalam waktu berkala mengomando anak-anaknya, untuk bersilaturahmi dalam kegiatan menyabut
rumput bersama. Agenda rutin kami saat kecil, karena perintah mamake tentunya.
Bulan lalu, seperti yang kuceritakan dalam Cycling Routine,
aku memindahkan tanaman cimplukan ke halaman rumah. Proses menanamnya cukup
dramatis ternyata, karena awalnya tanaman cimplukan berubah layu dan kering,
daunnya banyak yang gugur seperti akan mati. Setiap pagi dan sore hari dengan
telaten aku menyirami, dan sepenuh hati bermonolog padanya ‘tumbuh yang subur
dan berbuah yang banyak yaa, terima kasih’, begitu setiap harinya. Sekitar satu
minggu kemudian, tanaman cimplukan tumbuh dengan normal seperti di tempat ia
tumbuh pertama kali. Alhamdulillah. Pada saat itulah ketertarikanku pada rumput
dimulai.
Kenapa tanaman yang entah itu buah, sayur, atau bunga
membutuhkan usaha lebih dari kita untuk pertumbuhannya? Dirawat benar atau
bahkan diberi pupuk, berbeda jauh dengan rumput? Dalam pikiran, aku
menganalogikan menanam rumput dan cimplukan bagaikan menanam kebiasaan,
kebiasaan buruk adalah rumput dan kebiasaan baik adalah cimplukan. Mana dari
menanam kebiasaan yang lebih mudah? Tentu kebiasaan buruk, sama halnya rumput. Karena
yang meminta usaha dan pengorbanan, ‘buahnya
lebih bermanfaat’.
Bagi petani, rumput disebut juga
hama. Sesuatu yang merugikan. Tapi kembali pada pemikiran, bahwa segala sesuatu
ciptaanNya pasti punya peranan masing-masing. Punya manfaat dan ‘misinya’
sendiri di dunia ini. Benar lho, aku serius! Rumput liar punya eksistensi lebih
dari sekedar jadi pakan hewan ternak, yang biasanya telah diarit oleh paman-paman di desaku. Sedikitnya ada sepuluh hal yang
banyak orang belum ketahui tentang manfaat rumput liar. Salah satu manfaat
rumput liar adalah
kompetitor yang membuat tanaman semakin subur. Salah duanya
membuat tanah tidak becek. :D
_____________________________________________
Perhatian: Rumput itu jenisnya banyak, dalam sanak familinya
ada sekitar 8.000-10.000 jenis/varietasnya. Aku memfokuskan pada rumput liar
yang banyak tak disukai orang atau petani, terutama mamake juga tidak suka. :D
Ingat yaa, bukan rumput hias
yang biasa ditanam di halaman rumah orang (biasanya rumput Jepang), atau rumput
di lapangan sepak bola yang mahal dan tentu bagian penting dari olahraga
tersebut, apalagi rumput laut, atau rumput untuk keperluan lain. INI TENTANG
RUMPUT ‘yang dianggap tak BERGUNA’.
_____________________________________________
Nah bagi petani yang cerdas, mereka akan menebas habis
rumput di ladangnya. Jika kita orang yang cerdas, maka kita akan membuang atau
menghilangkan kebiasaan buruk. Lalu apa yang dilakukan petani bijak dan orang
bijak?
Petani yang bijak akan menyadari manfaat rumput liar tadi,
hal yang dilakukannya adalah memanfaatkan si rumput tapi memegang kendali penuh
dengan memangkasnya sebagai batas bahwa si rumput tidak mengganggu tanamannya.
Jadi, jika kita orang yang bijak apakah akan melakukan hal yang sama? Tentu
tidak!
Berbeda dengan rumput yang merupakan ciptaanNya dan sudah
tentu memiliki perannya sendiri, sedangkan kebiasaan buruk itu ciptaan siapa?
Yaa, manusia itu sendiri. Yaa, kita sendiri. Maka, jika kita orang yang bijak,
kebiasaan buruk tadi harus dibuang atau dihilangkan namun juga tidak menanam kebiasaan buruk yang baru, plus menanam kebiasaan baik.
Caraku
menanam Kebiasaan Baik
μΌ.
Membaca niat, hihi.
Niat ini lebih pada kesadaran diri terlebih
dahulu, atau muhasabah. Aku pernah
menuliskan muhasabah dalam BudayaPenyesalan. Ketika kita melakukannya, kita mendapat gambaran detail apa baik
dan buruk dari kebiasaan. Untuk membuang kebiasaan buruk, sadari kerugian yang
akan kita dapatkan. Pikirkan betul-betul, lalu niatkan untuk membuangnya. Lalu,
niatkan juga kebiasaan baik yang
berseberangan. Misal, aku tidak pernah olahraga, menyadari buruknya kebiasaan
itu bagi kesehatan, aku berupaya untuk membuang dan menanamkan kebiasaan
bersepeda pagi atau sore hari. Lebih baik lagi jika niat ini dituliskan dalam
catatan atau agenda kita. Energi dan niat kita lebih tersalurkan dalam tulisan.
Sedikitnya membantu kita untuk mengingat dan berkomitmen.
μ΄.
Melakukan sedikit demi sedikit, lalu jika kurang
bisa nambah lagi.
Langkah kecil untuk mencapai kebiasaan. Biasanya
porsi kebiasaan bisa naik jika kita sudah terbiasa, efek yang nyata biasa
kurasakan adalah membaca. Masing-masing orang punya kemampuan durasi membaca
yang berbeda, awalnya ada yang baru membaca 1 bab atau bahkan belum selesai 1
bab sudah lelah (bukan tidak mampu), ditandai dengan berdenyutnya kepala
belakang dan pusing. Namun jika terus dilatih, mengabaikan rasa malas tentunya,
kemampuan membaca durasinya akan bertambah. Ohya, membaca di sini untuk buku pelajaran
yaa, kalau novel mah sehari aku kuat
tanpa berhenti untuk 300 halaman. :D
Lakukan juga untuk kebiasaan baru. Kita mampu,
tapi harus berproses. Mie Instant saja harus berproses untuk bisa dikonsumsi ‘dengan
cara yang benar’ (karena ada yang makan mentah, pernah?).
μΌ.
Kontinu atau berulang-ulang
Menurut penelitian, kebiasaan baik maupun
buruk tertanam jika kita melakukannya secara kontinu atau berulang-ulang selama
66 hari. Salah satu contohnya, bagi umat muslim, yang pada bulan Ramadhan
berpuasa selama satu bulan dan bangun sebelum pagi untuk sahur setiap hari,
setelah selesai Ramadhan kita biasanya masih terbangun seakan mau sahur lagi
kan? Itu baru satu bulan lho, kalau dua bulan bagaimana? Sebagian besar bisa
dipastikan hal itu menjadi kebiasaan yang sulit di rem atau dihentikan. Jadi,
tantangan terbesar untuk menanam kebiasaan baik adalah menjaganya untuk tetap
dilakukan rutin.
μ¬.
Yang terakhir
Jangan berhenti! Tentu kan? :D
Ada satu lagi, tapi akan ku share di kiriman
selanjutnya. Tunggu saja yaa, hari Sabtu InsyaAllah kukirim di blog.
Bisa karena biasa. Biasa menjadi
kebiasaan. Baik atau buruknya kebiasaan, kamu dan aku yang menentukan. Ehm, iya,
kita semuaaa. ;)
Wassalamu'alaikum,μλ
~♥
_____________________________________________
_____________________________________________
NB: Aku yakin kalian tahu angkanya, hanya saja mungkin tidak
dengan bacaan hangulnya, bukan? Akan kuberi tahu.
μΌ
(il), μ΄ (i), μΌ (sam), μ¬ (sa) adalah bahasa Korea untuk angka Sino Korea dari 1, 2, 3, 4. Angka Sino Korea (νμμ΄μΊμ) berasal dari bahasa Cina dan digunakan untuk
menghitung uang, nomor, tanggal, menit, satuan asing (kg, m, dll).
_____________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar