Jumat, 23 Februari 2018

Menanam Rumput (Liar)

Anggap saja itu rumput πŸ˜‚


Assalamu'alaikum, 쒅은 μ•„μΉ¨~

Menanam rumput, akhir-akhir ini rumput sedikit menarik perhatianku hingga muncullah sebuah ide di otak yaitu dua kata pertama kalimat ini. Yang kutahu, rumput bahkan akan senang hati tumbuh dengan sendirinya tanpa diminta. Lalu mamake dalam waktu berkala mengomando anak-anaknya,  untuk bersilaturahmi dalam kegiatan menyabut rumput bersama. Agenda rutin kami saat kecil, karena perintah mamake tentunya.

Bulan lalu, seperti yang kuceritakan dalam Cycling Routine, aku memindahkan tanaman cimplukan ke halaman rumah. Proses menanamnya cukup dramatis ternyata, karena awalnya tanaman cimplukan berubah layu dan kering, daunnya banyak yang gugur seperti akan mati. Setiap pagi dan sore hari dengan telaten aku menyirami, dan sepenuh hati bermonolog padanya ‘tumbuh yang subur dan berbuah yang banyak yaa, terima kasih’, begitu setiap harinya. Sekitar satu minggu kemudian, tanaman cimplukan tumbuh dengan normal seperti di tempat ia tumbuh pertama kali. Alhamdulillah. Pada saat itulah ketertarikanku pada rumput dimulai.

Kenapa tanaman yang entah itu buah, sayur, atau bunga membutuhkan usaha lebih dari kita untuk pertumbuhannya? Dirawat benar atau bahkan diberi pupuk, berbeda jauh dengan rumput? Dalam pikiran, aku menganalogikan menanam rumput dan cimplukan bagaikan menanam kebiasaan, kebiasaan buruk adalah rumput dan kebiasaan baik adalah cimplukan. Mana dari menanam kebiasaan yang lebih mudah? Tentu kebiasaan buruk, sama halnya rumput. Karena yang meminta usaha dan pengorbanan,  ‘buahnya lebih bermanfaat’.

Bagi petani, rumput disebut juga hama. Sesuatu yang merugikan. Tapi kembali pada pemikiran, bahwa segala sesuatu ciptaanNya pasti punya peranan masing-masing. Punya manfaat dan ‘misinya’ sendiri di dunia ini. Benar lho, aku serius! Rumput liar punya eksistensi lebih dari sekedar jadi pakan hewan ternak, yang biasanya telah diarit oleh paman-paman di desaku. Sedikitnya ada sepuluh hal yang banyak orang belum ketahui tentang manfaat rumput liar. Salah satu manfaat rumput liar adalah 
kompetitor yang membuat tanaman semakin subur. Salah duanya membuat tanah tidak becek. :D
_____________________________________________
Perhatian: Rumput itu jenisnya banyak, dalam sanak familinya ada sekitar 8.000-10.000 jenis/varietasnya. Aku memfokuskan pada rumput liar yang banyak tak disukai orang atau petani, terutama mamake juga tidak suka. :D
Ingat yaa, bukan rumput hias yang biasa ditanam di halaman rumah orang (biasanya rumput Jepang), atau rumput di lapangan sepak bola yang mahal dan tentu bagian penting dari olahraga tersebut, apalagi rumput laut, atau rumput untuk keperluan lain. INI TENTANG RUMPUT ‘yang dianggap tak BERGUNA’.
_____________________________________________
Nah bagi petani yang cerdas, mereka akan menebas habis rumput di ladangnya. Jika kita orang yang cerdas, maka kita akan membuang atau menghilangkan kebiasaan buruk. Lalu apa yang dilakukan petani bijak dan orang bijak?

Petani yang bijak akan menyadari manfaat rumput liar tadi, hal yang dilakukannya adalah memanfaatkan si rumput tapi memegang kendali penuh dengan memangkasnya sebagai batas bahwa si rumput tidak mengganggu tanamannya. Jadi, jika kita orang yang bijak apakah akan melakukan hal yang sama? Tentu tidak!

Berbeda dengan rumput yang merupakan ciptaanNya dan sudah tentu memiliki perannya sendiri, sedangkan kebiasaan buruk itu ciptaan siapa? Yaa, manusia itu sendiri. Yaa, kita sendiri. Maka, jika kita orang yang bijak, kebiasaan buruk tadi harus dibuang atau dihilangkan namun juga  tidak menanam kebiasaan buruk yang baru, plus menanam kebiasaan baik.  

Caraku menanam Kebiasaan Baik

일.   Membaca niat, hihi.
Niat ini lebih pada kesadaran diri terlebih dahulu, atau muhasabah. Aku pernah menuliskan muhasabah dalam BudayaPenyesalan. Ketika kita melakukannya, kita mendapat gambaran detail apa baik dan buruk dari kebiasaan. Untuk membuang kebiasaan buruk, sadari kerugian yang akan kita dapatkan. Pikirkan betul-betul, lalu niatkan untuk membuangnya. Lalu, niatkan  juga kebiasaan baik yang berseberangan. Misal, aku tidak pernah olahraga, menyadari buruknya kebiasaan itu bagi kesehatan, aku berupaya untuk membuang dan menanamkan kebiasaan bersepeda pagi atau sore hari. Lebih baik lagi jika niat ini dituliskan dalam catatan atau agenda kita. Energi dan niat kita lebih tersalurkan dalam tulisan. Sedikitnya membantu kita untuk mengingat dan berkomitmen.

이.   Melakukan sedikit demi sedikit, lalu jika kurang bisa nambah lagi.
Langkah kecil untuk mencapai kebiasaan. Biasanya porsi kebiasaan bisa naik jika kita sudah terbiasa, efek yang nyata biasa kurasakan adalah membaca. Masing-masing orang punya kemampuan durasi membaca yang berbeda, awalnya ada yang baru membaca 1 bab atau bahkan belum selesai 1 bab sudah lelah (bukan tidak mampu), ditandai dengan berdenyutnya kepala belakang dan pusing. Namun jika terus dilatih, mengabaikan rasa malas tentunya, kemampuan membaca durasinya akan bertambah.  Ohya, membaca di sini untuk buku pelajaran yaa, kalau novel mah sehari aku kuat tanpa berhenti untuk 300 halaman. :D
Lakukan juga untuk kebiasaan baru. Kita mampu, tapi harus berproses. Mie Instant saja harus berproses untuk bisa dikonsumsi ‘dengan cara yang benar’ (karena ada yang makan mentah, pernah?).  

μ‚Ό.   Kontinu atau berulang-ulang
Menurut penelitian, kebiasaan baik maupun buruk tertanam jika kita melakukannya secara kontinu atau berulang-ulang selama 66 hari. Salah satu contohnya, bagi umat muslim, yang pada bulan Ramadhan berpuasa selama satu bulan dan bangun sebelum pagi untuk sahur setiap hari, setelah selesai Ramadhan kita biasanya masih terbangun seakan mau sahur lagi kan? Itu baru satu bulan lho, kalau dua bulan bagaimana? Sebagian besar bisa dipastikan hal itu menjadi kebiasaan yang sulit di rem atau dihentikan. Jadi, tantangan terbesar untuk menanam kebiasaan baik adalah menjaganya untuk tetap dilakukan rutin.

사.   Yang terakhir
Jangan berhenti! Tentu kan? :D
Ada satu lagi, tapi akan ku share di kiriman selanjutnya. Tunggu saja yaa, hari Sabtu InsyaAllah kukirim di blog.

Bisa karena biasa. Biasa menjadi kebiasaan. Baik atau buruknya kebiasaan, kamu dan aku yang menentukan. Ehm, iya, kita semuaaa. ;)
Wassalamu'alaikum,μ•ˆλ…•~♥
_____________________________________________
NB: Aku yakin kalian tahu angkanya, hanya saja mungkin tidak dengan bacaan hangulnya, bukan? Akan kuberi tahu.
일 (il), 이 (i), μ‚Ό (sam), 사 (sa) adalah bahasa Korea untuk angka Sino Korea  dari 1, 2, 3, 4. Angka Sino Korea (ν•œμžμ–΄μŠΊμž) berasal dari bahasa Cina dan digunakan untuk menghitung uang, nomor, tanggal, menit, satuan asing (kg, m, dll).
_____________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar