Rabu, 21 Februari 2018

Bunga di Atas Senyummu

Cerpen ini masuk dalam buku antologi cerpen di atas

Assalamu'alaikum, 많이 지치는데~ 😌

Hari Sabtu kemarin aku bolos update blog, maaf yaa. Sebenarnya aku punya dua tulisan yang digarap untuk hari Sabtu kemarin, tapiii belum selesai. Aku berada dalam zona tidak ideal untuk menulis, yang tidak bisa kujelaskan.

Karena macetnya dua tulisan tadi, aku memutuskan untuk update cerpen saja asal hari ini tidak bolos lagi, hihi. Cerpen ini kutulis 2015 juga sepertinya, aku bagian dari sastrawan (penulis amatir) 2015.  😎

Alhamdulillah, untuk satu bulan ini aku dikontrak untuk bekerja di tempat lama. Untuk sebuah event di Swalayan menjadi SPG penjualan. Aku tau ini tantangan, karena hal baru untukku. Tentang pekerjaan ini mungkin akan kujadikan ide menulis salah satu lomba cerpen yang akan kuikuti. Jika kalian ingin baca, ada dua kemungkinan bagaimana cerpen ini. Satu, aku post di blog karena kalah atau tidak menjadi kontributor. Atau, dua, cerpen menjadi juara 1, haha aamiin. Minta doanya yaa, semoga ceritaku bisa kutulis dengan baik, inspiratif, dan menang.  😂

Selamat membaca, cerpen khayalanku ini ^^
🐼

Berapa kalikah, batas seseorang untuk jatuh cinta? 
Mempercayakan hatinya kepada hati yang lain.
Membuka ruang tertutup dalam dunianya, seperti sebuah lentang dua tangan menyambut peluk.
Dan adakah sebuah alasan mengapa ia jatuh cinta?
Bila ada, ternyata aku tak memilikinya.

---

Lelaki berahang kukuh itu mencuri pandang wajahku yang terbalut kerudung. Ekor matanya menitik sekejap, saat aku merasakan kedatangan perasaan aneh yang timbul begitu saja. Padahal aku dan lelaki itu berada dalam sebuah pengajian di mushalah kampus.

Lelaki itu seperti ingin membuka kata, saat berdiam tepat di sampingku. Untuk pertama kalinya aku sedekat ini dengan seorang lelaki. Namun seperti biasanya, sela merapihkan sajadah aku juga terdiam. Kemudian dia berlalu tanpa melihatku kembali.

"Assalamu 'alaikum," ucapnya santun dengan sebuah anggukan kecil. Seharusnya aku tidak menatap matanya, juga membalas senyumnya ketika menjawab. Kemudian aku menduduk malu, seperti merutuki kecerobohanku, tapi memang begitulah. Dan seolah memahami, dia mundur beberapa langkah.

Dosakah? Ketika aku terbayang wajahnya tanpa aku inginkan. Senyum matanya seolah sudah menjadi memori penting untuk kuingat. Bahkan aku baru melihat senyum itu sekali hingga sekarang.

"Namanya Zaki. Dia asisten dosen sejak semester lima. Dia tampan, wajahnya terlihat mirip denganmu.”

Zaki, tumbuh dengan baik dan bersih. 
Batinku merapal namanya, pelan-pelan.
---
Bagian 2 🔜

Wassalamu'alaikum, 안녕~♥

3 komentar:

  1. Mas Zaki toh... menurut aku,, yang namanya "Zaki" baik, soleh, banget loh ca,,,
    dan masih teringat dari Cerita "Bunga Diatas Senyummu

    Berapa kalikah, batas seseorang untuk jatuh cinta?
    Hingga Seseorang itu telah mendapatkan Cinta itu,, maka seseorang itu tak perlu lagi jatuh cinta.

    Mempercayakan hatinya kepada hati yang lain.

    Membuka ruang tertutup dalam dunianya, seperti sebuah lentang dua tangan menyambut peluk.

    Dan adakah sebuah alasan mengapa ia jatuh cinta?

    Bila ada, ternyata aku tak memilikinya.

    Tidak ada alasan untuk jatuh cinta,, Cinta tak bisa dipikirkan melalui logika,, bahkan matematis pun tak bisa menghitungnya pada angka yang pasti,, apalagi Logika, Yang tidak pasti,,,

    Itu rumit,, tapi inilah kehidupannya,,,
    Senang berkenalan denganmu Ica~~~

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Mas Zaki toh", maksudnya bang? Kamu kira itu nama siapa? Kalau aku tidak salah tebak, jawabannya bukan. Nama dia bukan Zaki.

      "maka seseorang itu tak perlu lagi jatuh cinta", baca part 2 yaa, nanti kamu akan tau maksud ceritaku ☺️😊

      Betul,dalam Statistika pun tak ada, kan? 😂

      Aku juga bang, senang bisa mengenalmu 😊

      Hapus
    2. aku kirain toh mas zaki.. aku baca kelanjutannya deh... smngat terus ca

      Hapus