Minggu, 25 Maret 2018

Malam Minggu Rasa Tahu

Assalamu'alaikum, 보고싶어 ㅠ.ㅠ

Malam minggu (biasanya kusebut Sabtu Malam, pun para jomblo wq) ini aku kembali pulang melewati jalan Iskandar, hampir sepanjang jalan yang merupakan warung makan maupun tempat hiburan ramai pengunjung. Pengendara yang sama denganku juga banyak, memacu kendaraan entah roda dua atau empat. Sampai di bundaran Pancasila keramaian lebih dari yang tadi kulihat. Ini malam minggu! Sekali lagi kuingatkan diriku.

Sudah lebih dari tiga minggu aku pulang malam karena bekerja, kali pertama aku kerja rutin sampai malam. Alhamdulillah, setelah enam bulan berturut menganggur. Sejujurnya aku lebih suka bekerja di rumah (menganggur), haha. Aku punya definisi lain tentang bekerja.

Begini, bagiku bekerja di luar sana (yang sekarang kujalani), adalah bekerja untuk mencari uang. Sedangkan bekerja di rumah, adalah untuk kebutuhan entah itu jiwa atau raga. Bekerja yang kedua, adalah hal-hal yang kusukai, misal baca buku, nulis buku (yang gak selesai-selesai :D), belajar, menggambar, dan update blog. 

Yang perlu digaris bawahi dari menganggur, satu-satunya hal yang tidak kusukai adalah sedikit/tidak adanya uang. :/
Benar memang, bekerja yang paling nikmat adalah bekerja dari sebuah hobi atau passion yang dimiliki. Uang dapat, hatipun senang dalam bekerja. Nah, ini adalah PRku sekarang. Jika aku bisa mengandalkan hobiku untuk nafkah juga, Insya Allah aku tidak akan bekerja di luar rumah. Semoga :)

Jadi tidak mau bekerja di luar rumah yaa?
Hmm, bukan begitu juga sih. Hanya saja, hobiku itu dilakukan di rumah, maka dari itu aku ingin bekerja di rumah. Jika sesuai passion, sesuatu yang lebih dari sebuah hobi untuk dijadikan pekerjaan , dimana passionku ada pada Statistika (menjadi Statistisi) dan ingin mengajar (guru TK sebenarnya), aku PASTI mau bekerja di luar rumah.

Kau tahu? Dalam bayanganku yang buram tentang bagaimana menjadi seorang ibu, ada bagian yang cukup jelas bagaimana gambaran diriku yang tetap berkarya/berwirausaha namun tak jauh atau bahkan hanya di dalam rumah. Aku tak tahu masa depan, tapi bagian itu seperti sudah tersketsa di otakku.

Kembali tentang pekerjaanku tadi, aku bekerja sebagai SPG event salah satu produk Nestle, Koko Krunch. Kerjanya bagaimana? Aku belajar banyak hal, tapi karena ini menjadi ide untuk menulis cerpen jadi aku tidak ceritakan di sini, hihi. Pekerjaanku ini sistem kontrak untuk satu bulan saja, dimana setelah selesai akupun kembali kerja di rumah. Yeay!

Satu hal yang membuatku kurang 'bersyukur' adalah pekerjaanku itu sampai malam, pukul 9 malam biasanya baru sampai rumah karena jarak tempuh Batu Belaman-Pasanah yang cukup jauh. Tapi selebihnya aku begitu bersyukur diberi kesempatan ini, seperti yang kubilang tadi aku banyak belajar, belajar 'menghargai' dalam beberapa aspek kehidupan. Aspek? Yaa, semacam itulah.

Aku jadi ingat salah satu perjalanan pulangku, tepatnya malam minggu (topik tulisan ini malam minggu haha). Ibuku membuat Empek-empek Sabtu itu, karena kuahnya habis aku hanya dibawakan 3 potong dan 1 potong tahu goreng. Niatnya aku akan memakan keempatnya saat jam istirahat, tapi karena tidak ingat akupun memakannya diperjalanan pulang. Tangan kanan menarik tuas gas, yang kiri memasukan potongan Empek-empek ke mulut (jangan dicontoh makan sambil mengendarai motor dan PAKAI TANGAN KIRI *Astaghfirullah). Sedikitnya dengan aktifitas makan, rasa kantukku berkurang, dan fokus berkendara meningkat. :D

Setelah dua potong Empek-empek kumakan, aku memutuskan memakan tahu goreng (tanpa bumbu apapun), sisa Empek-empeknya akan kumakan terakhir. Digigitan pertama, aku membatin 'tidak enak'. Rasanya hambar, seperti tahu pada umumnya yang tetap ada 'berasa' air meski sudah digoreng, dan kesimpulannya tidak enak! Tapi digigitan kedua, sedikit berbeda. Seperti satu suara yang datang di hatiku, "Bukan tidak enak, tapi tahu rasanya memang begitu". Aku mengunyah dengan perasaan yang berbeda, seperti memahami kalimat barusan, ini rasa tahu. Digigitan ketiga (terakhir untuk tahu), entah bagaimana aku berkata dalam hati "Tahunya enak"! *Like a magic happen

Aku masih belum mengerti mengapa demikian, tapi terlepas dari enak atau tidak makanan, aku jadi menyadari 'inilah rasanya' atau disini 'inilah rasa tahu'. Tadi saat aku bilang tidak enak, barangkali tepatnya aku tidak suka. Lalu sebaliknya, saat kubilang enak mungkin artinya aku suka. Aku tidak begitu yakin pada apa yang ingin aku bagi tentang tahu ini, tapi ada sebuah pemahaman baru di otakku yang masih belum bisa kutulis. Barangkali kamu bisa menuliskan kasus tahu-ku ini? :)

Potongan Empek-empek yang terakhir kukunyah lebih lambat dan menikmatinya. Aku tipe orang yang suka menyisihkan bagian atau makanan yang istimewa untuk dinikmati terakhir (dimakan terakhir). Mamake pun sering tanya, 'tidak suka ya? kok belum dimakan?', maka akupun menjawabnya lagi, 'Yang kusuka buat terakhir'. Jadiiii, kuharap jika aku istimewa untuk seseorang, dia menjadikanku perempuan terakhir untuknya. Bukan untuk dimakan ya, untuk dijadikan teman hidup. *kode keras hahaha

SPESIAL: Maaf untuk bolos update blog selama aku kerja, aku akan berusaha menebusnya. :)

Wassalamu'alaikum, 안녕~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar